Friday, January 25, 2013

Ayo bercerita

suara miaw
Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk
pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan
tahun.
Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak
cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya
namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia
pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.
Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan
salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang
handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga
tidak bisa memaksa.
Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini
berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi
membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya.
Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia
berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia
akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.
Sang mandor hanya tersenyum dan berkata,
“Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu
bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang
ada.”
Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia
begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka
bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-
bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara
yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk
memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu
depan, ia berbalik dan berkata, “Ini adalah rumahmu,
hadiah dariku untukmu!”
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal.
Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang
membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di
rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.
Inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah kisah si tukang kayu
ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda.
Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka,
memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan
bijaksana

suara miaw / Author & Editor

Aku adalah apa yang aku pikirkan

1 comments:

Coprights @ 2016, Edited By Taufiq Nugraha| Templatelib