Friday, January 25, 2013

Kisah Nyata ( Kakek Penjual Dawet )

suara miaw
Kisah Nyata ( Kakek Penjual Dawet )
Berjalan 50 km Sehari, Demi Tanggung Jawab Keluarga
Kisah inspiratif kita kali ini datang dari seseorang yang
begitu sangat sederhana, namun penuh dengan pelajaran
yang amat sangat berharga. Seorang kakek berusia 71
tahun, penjual es Dawet keliling yang tinggal di pinggiran
kota Surakarta.
Pak Sukimin, nama dari kakek tersebut, seorang pahlawan
keluarga yang menginjak usia renta, tapi sama sekali tidak
surut semangatnya untuk terus berjuang dan bekerja
keras. Tidak kurang dari 50 kilo meter ditempuhnya setiap
hari, dengan memikul gerobak es seberat 40 kg, mulai dari
jam 5 pagi sampai jam 8 malam. Semua itu terdorong
atas kuatnya keinginan bahwa dia menjauhi sifat
meminta- minta dan karena pemenuhan tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga.
Selama 40 tahun lebih, pekerjaan tersebut telah
dilakukannnya. Dan Subhanallah, kerja keras setiap hari
itupun ternyata tidak terus membuatnya jauh dari sang
maha kuasa. Walau dalam hujan dan panas, ketika
mendengar adzan, seketika itu pula pak Sukimin mencari
masjid terdekat dan menjalankan sholat berjamaah.
Selain itu, cara belajar keikhlasannya yang begitu sangat
sederhana, namun menyentuh hati semua orang yang
melihatnya adalah dengan penerimaannya atas
pembagian rejeki yang diterimanya dari Allah subhanahu
wataala.
"Saya pernah waktu sholat, gerobak saya tinggal didepan
masjid. Saya sudah pasrahkan sama Allah saja. Tapi
ternyata ada orang jahat yang mengambil semua uang
yang telah saya dapat seharian. Tapi saya ikhlas kok.
Kalau sampai diambil orang berarti itu bukan rejeki saya.
Biar untuk dia saja tidak apa- apa, semoga lebih berguna
untuk dia." Cerita bapak 5 orang anak ini.
Menurut pak Sukimin, dalam hidup ini manusia
mendapatkan peran yang bermacam- macam, namun
satu hal yang tidak boleh kita lupakan, pekerjaan apapun
itu adalah untuk mencari ridho Allah. Saja. Dan hal
itulah yang meringankan hatinya jika musibah datang
menghampiri. " Seringkali ada orang yang beli namun
tidak bayar, saya menunggu sampai lama ternyata
orangnya tidak membayar. ya saya tidak apa- apa. Kan
sudah diminum juga. Sah kok itu untuk dia." lanjutnya.
Beliau juga tidak terlalunya sedih saat tubuh rentanya
telah lelah memikul gerobak yang sedemikian berat,
sehingga kakinya tersandung dan pecahlah semua barang
dagangannya. " Lah wong sudah jatuh, mungkin belum
rejeki saya. ya nanti kapan- kapan berarti saya diajari
Allah disuruh hati- hati lagi". Subhanallah, kemiskinan
ternyata tidak menghalangi batinnya untuk menerapkan
ilmu ikhlas kepada sesamanya.
Memang, kehidupan ini tidak sempurna dan tidak banyak
memberi kesenangan kepada pak Sukimin, namun hal itu
juga tidak membuat beliau ragu untuk membagikan
ilmunya kepada yang ingin berguru kepadanya. " Rejeki itu
sudah diatur sang maha kuasa. Saya ini hanya perantara
saja. saya sama sekali tidak takut tersaingi. Malah ilmu
yang saya berikan nanti itu, akan menemani saya saat
saya mati nanti. saya percaya itu". Sama sekali tidak ada
rasa permusuhan ataupun iri dengki dalam ketatnya
persaingan dan beratnya hidup. Dalam susahnya mencari
rupiah, justru membuat pak Sukimin semakin berbesar
hati untuk berbagi. Hal yang sangat jarang untuk bisa
dilakukan, bahkan oleh orang kaya sekalipun, jika tidak
murni adanya perbuatan itu yang hanya karena Allah.
Kesabarannya dalam menghabiskan jatah hidup detik per
detik telah menempanya menjadi seorang manusia yang
kuat, tabah dan tidak pengeluh. Hal inilah juga yang
menyebabkan beliau tetap bersemangat untuk menjual
dagangannya walaupun dalam kondisi cuaca apapun."
Kalau lagi hujan, ya saya tidak bisa berteduh, harus tetap
jalan. Nanti kasihan ibu nunggu dirumah malah kawatir.
Akhirnya saya pakai saja plastik untuk sekedar menutup
tubuh agar tidak dingin " Kata Kakek dari 11 cucu tersebut.
Bagi pak sukimin, bukan kemiskinan yang menyakitkan
hatinya, tapi saat dia tidak bisa bekerja lagi untuk
menyenangkan hati keluarganya, terutama sang istri.
Penghasilan yang hanya 30 ribu rupiah sehari, tidak
mengurangi kesyukurannya atas jatah rejeki yang telah
dibagikan dari sang maha kuasa. " Saya dan istri selalu
bersyukur dengan apa yang ada. buat saya yang penting
istri dan keluarga senang. Jangan pernah iri dengan yang
dimiliki orang lain"
Subhanallah, betapa akan sangat membahagiakan
mempunyai ayah, ataupun suami yang bisa menjadi
tauladan seperti beliau. Beliau sangat setia kepada
keluarga dan setia kepada tanggung jawab
pekerjaannya.Keluguan dan kesederhanaan serta
keikhlasan yang sangat apa adanya memberikan kesan
tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Semoga Allah
selalu menjaga beliau, sebagai balasan kuatnya penjagaan
amanah beliau atas kebahagiaan keluarganya.

suara miaw / Author & Editor

Aku adalah apa yang aku pikirkan

1 comments:

Coprights @ 2016, Edited By Taufiq Nugraha| Templatelib