Tersesat di Gunung Gede
Assalamuallaikum warrahmatullahi wabarrakathu. Aku Zaky, ini adalah
cerita ketigaku di blog ini. Aku ingin menceritakan pengalaman pribadiku
pada bulan Desember kemarin, tepatnya pada tanggal 31 desember.
Sebelumnya aku dan kelima temanku (Oki, Ahmad, Rivan, Trisno dan
Ghofur) berencana untuk merayakan pergantian tahun di puncak gunung
gede. Pada saat pendakian sampai kami merayakan malam pergantian tahun,
kami tidak terlalu mengalami hal-hal yang aneh, meskipun sesekali
terdengar seperti ada suara bebek di tengah malam. Hingga akhirnya, pada
saat kita turun gunung, kamipun sempat beristirahat di sebuah tempat
seperti lapangan yang luas, dan aku melihat jam menunjukan pukul 15.00.
Setelah 10 menitan kami beristirahat, kamipun melanjutkan perjalanan.
Saat itu aku kebelet untuk buang air kecil, dan akupun buang air kecil
dibawah pohon yang tidak terlalu tinggi, dan pohonnyapun kering. Dibawah
pohon itu ada sebuah lubang yang tidak terlalu besar dan aku
mengencinginya. Setelah selesai, tiba-tiba seperti ada yang masuk ke
mataku, 1 menit aku memejamkan mata, akupun merasa aneh, sepertinya aku
ditinggal temanku. Aku terus mencari temanku, hingga haripun mulai
gelap. Aku yang hanya ditemani cahaya dari senterku terus menelusuri
jalan yang gelap dengan sedikit berlinang air mata..
Tiba-tiba
saja, dari kejauhan aku menemukan cahaya lampu. Yah lampu rumah penduduk
yang hanya ada 8 rumah disana. Akupun kembali lega dan berjalan menuju
rumah penduduk itu yang berbentuk seperti rumah panggung. Setelah
sampai, aku langsung mengetuk pintu, dan keluarlah dari balik pintu
seorang nenek yang belum terlalu tua dengan senyum ramahnya. Nenek
itupun yang bernama nenek Jamilah mempersilahkanku masuk dan akupun
menceritakan apa yang baru saja aku alami dan berencana untuk menginap
satu malam disini. Menurut nenek Jamilah memang banyak pendaki yang
sering tersesat di gunung ini jika kita berlaku tidak sopan atau
sesumbar. Setelah nenek Jamilah memasak, akupun makan bersama nenek
Jamilah dan cucu wanitanya yang kira-kira berumur 15th, setelah makan
akupun pamit tidur untuk keesokan harinya mencari temanku.
Malampun berganti pagi, akupun bangun dan segera bersiap-siap. Nenek
Jamilah menawariku makan tapi aku menolaknya dengan dalih aku harus
buru-buru mencari temanku. Akhirnya nenek Jamilahpun membekalkan makanan
yang disimpan di dalam boboko (tempat nasi) kepadaku. Setelah aku siap,
akupun berpamitan dan nenek Jamilahpun memberikan aku satu batang emas,
yah satu batang emas yang sangat berkilau. Akupun tertegun dan
menerimanya begitu saja. Akupun berpamitan dan nenek Jamilah
mengingatkan sesuatu padaku "Nanti didepan kalau udah lewatin deretan
pohon bambu, kamu jangan noleh kebelakang". Akupun pergi dan setelah
melewati pohon bambu yang nenek Jamilah maksud, rasa penasarankupun
muncul dan aku menoleh kebelakang..
Astaga... sekarang yang
terlihat olehku adalah pohon beringin tua besar dan dikelilingi oleh
kuburan-kuburan yang tua tak terurus. Batinku bicara.. dimana rumah
rumah panggung tadi? dan dimana nenek Jamilah bersama cucunya itu? Dalam
kepanikanku tiba-tiba saja seperti ada yang merayap di tanganku.
Setelah aku lihat.. hahhh, sekumpulan belatung keluar dari dalam boboko.
Spontan aku lempar boboko itu, dan ternyata dalam boboko itu isinya
adalah belatung yang sangat banyak dan jari-jari manusia, serta batangan
emas yang nenek Jamilah berikan padaku berubah menjadi batang pohon
pisang yang telah membusuk.
Akupun lemas, dan sayup-sayup
mataku tertutup, hingga akhirnya aku terbangun oleh teriakan seseorang
yang memanggil namaku. Dalam kejauhan aku melihat temanku Rifan, Oki,
dan Ahmad yang berlari kearahku dan memelukku erat. Temanku Ahmad
berkata, "Kamu kemana aja? kami udah satu Minggu mencari kamu". Hahhh??
satu Minggu? padahal aku merasakannya hanya satu malam.
0 comments:
Post a Comment