Saturday, September 7, 2013

Gunung Gede

suara miaw
Tersesat di Gunung Gede

Assalamuallaikum warrahmatullahi wabarrakathu. Aku Zaky, ini adalah cerita ketigaku di blog ini. Aku ingin menceritakan pengalaman pribadiku pada bulan Desember kemarin, tepatnya pada tanggal 31 desember.

Sebelumnya aku dan kelima temanku (Oki, Ahmad, Rivan, Trisno dan Ghofur) berencana untuk merayakan pergantian tahun di puncak gunung gede. Pada saat pendakian sampai kami merayakan malam pergantian tahun, kami tidak terlalu mengalami hal-hal yang aneh, meskipun sesekali terdengar seperti ada suara bebek di tengah malam. Hingga akhirnya, pada saat kita turun gunung, kamipun sempat beristirahat di sebuah tempat seperti lapangan yang luas, dan aku melihat jam menunjukan pukul 15.00. Setelah 10 menitan kami beristirahat, kamipun melanjutkan perjalanan.

Saat itu aku kebelet untuk buang air kecil, dan akupun buang air kecil dibawah pohon yang tidak terlalu tinggi, dan pohonnyapun kering. Dibawah pohon itu ada sebuah lubang yang tidak terlalu besar dan aku mengencinginya. Setelah selesai, tiba-tiba seperti ada yang masuk ke mataku, 1 menit aku memejamkan mata, akupun merasa aneh, sepertinya aku ditinggal temanku. Aku terus mencari temanku, hingga haripun mulai gelap. Aku yang hanya ditemani cahaya dari senterku terus menelusuri jalan yang gelap dengan sedikit berlinang air mata..

Tiba-tiba saja, dari kejauhan aku menemukan cahaya lampu. Yah lampu rumah penduduk yang hanya ada 8 rumah disana. Akupun kembali lega dan berjalan menuju rumah penduduk itu yang berbentuk seperti rumah panggung. Setelah sampai, aku langsung mengetuk pintu, dan keluarlah dari balik pintu seorang nenek yang belum terlalu tua dengan senyum ramahnya. Nenek itupun yang bernama nenek Jamilah mempersilahkanku masuk dan akupun menceritakan apa yang baru saja aku alami dan berencana untuk menginap satu malam disini. Menurut nenek Jamilah memang banyak pendaki yang sering tersesat di gunung ini jika kita berlaku tidak sopan atau sesumbar. Setelah nenek Jamilah memasak, akupun makan bersama nenek Jamilah dan cucu wanitanya yang kira-kira berumur 15th, setelah makan akupun pamit tidur untuk keesokan harinya mencari temanku.

Malampun berganti pagi, akupun bangun dan segera bersiap-siap. Nenek Jamilah menawariku makan tapi aku menolaknya dengan dalih aku harus buru-buru mencari temanku. Akhirnya nenek Jamilahpun membekalkan makanan yang disimpan di dalam boboko (tempat nasi) kepadaku. Setelah aku siap, akupun berpamitan dan nenek Jamilahpun memberikan aku satu batang emas, yah satu batang emas yang sangat berkilau. Akupun tertegun dan menerimanya begitu saja. Akupun berpamitan dan nenek Jamilah mengingatkan sesuatu padaku "Nanti didepan kalau udah lewatin deretan pohon bambu, kamu jangan noleh kebelakang". Akupun pergi dan setelah melewati pohon bambu yang nenek Jamilah maksud, rasa penasarankupun muncul dan aku menoleh kebelakang..

Astaga... sekarang yang terlihat olehku adalah pohon beringin tua besar dan dikelilingi oleh kuburan-kuburan yang tua tak terurus. Batinku bicara.. dimana rumah rumah panggung tadi? dan dimana nenek Jamilah bersama cucunya itu? Dalam kepanikanku tiba-tiba saja seperti ada yang merayap di tanganku. Setelah aku lihat.. hahhh, sekumpulan belatung keluar dari dalam boboko. Spontan aku lempar boboko itu, dan ternyata dalam boboko itu isinya adalah belatung yang sangat banyak dan jari-jari manusia, serta batangan emas yang nenek Jamilah berikan padaku berubah menjadi batang pohon pisang yang telah membusuk.

Akupun lemas, dan sayup-sayup mataku tertutup, hingga akhirnya aku terbangun oleh teriakan seseorang yang memanggil namaku. Dalam kejauhan aku melihat temanku Rifan, Oki, dan Ahmad yang berlari kearahku dan memelukku erat. Temanku Ahmad berkata, "Kamu kemana aja? kami udah satu Minggu mencari kamu". Hahhh?? satu Minggu? padahal aku merasakannya hanya satu malam.

suara miaw / Author & Editor

Aku adalah apa yang aku pikirkan

0 comments:

Post a Comment

Coprights @ 2016, Edited By Taufiq Nugraha| Templatelib